Permata Berlian Sikap Nasionalis KH. Hasyim Asy’ari

Salah satu tokoh fenomenal yang tidak pernah termakan oleh waktu. Beliau Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari bin Asyari bin Abu Sarwan bin Abdul Wahid bin Abdul Halim bin Abdurrohman (Pangeran Samhud Badga) bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrohman/ Jaka Tingkir (Sultan Pajang) bin Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin). Seorang ulama besar dengan prestasi luar biasa baik prestasi untuk agama maupun negara. Dalam segi agama, beliau termasuk kiai yang sangat disegani di zamannya hingga saat ini terkhusus bagi warga nahdhiyin (warga NU). Karirnya dimulai menimba ilmu dari pondok ke pondok, seperti pondok pesantren Wonorejo-Jombang, Wonokoyo-Probolinggo, Langitan-Tuban, Sidosermo-Surabaya, dll. Sedangkan pada 1309 H/1893 M beliau pindah ke Mekkah untuk memperdalam ilmu lebih lanjut dan bertemu dengan ulama-ulama besar Hijaz seperti Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Mahfudz Termas (ahli ilmu bahasa dan syariat), Sayyid Abbas al-Maliki al-Hasani (ahli ilmu hadits), Syaikh Khatib al-Minangkabawi. Melalui cara beliau belajar dengan orang-orang besar seperti di atas, menjadikan Mbah Hasyim (panggilan akrab warga Nahdhiyin) menguasai ilmu secara komperhensif. Tidak hanya ahli dalam hal fiqh saja, tapi beliau sangat mahir dalam bidang hadits. Hingga Sang Gurunya pun berguru kepada beliau, yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan.
Selesai menuntut ilmu di Mekkah, beliau kembali ke Indonesia dengan mendirikan pondok pesantren yang sangat terkenal, yaitu Pondok Pesantren Tebuireng-Jombang pada 26 Rabiul Awal 1317 H atau 5 Agustus 1899, salah satu Ponpes terbesar di Jombang. Di sisi lain, sebelum Tebuireng menjadi pusat kajian islam, Tebuireng terkenal dengan markasnya berandal-berandal yang suka berbuat maksiat. Berkat jasanya beliau, Tebuireng mampu dirubah menjadi pusat kajian islam paling fenomenal di Indonesia Disamping beliau menjadi pengasuh Tebuireng, beliau bersama dua sahabatnya, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syamsuri mendirikan Ormas Islam Nahdhlotul Ulama (NU). NU termasuk organisasi keagamaan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Sejak saat itu, karir Mbah Hasyim semakin melejit dengan adanya fatwa-fatwa nasionalis untuk kemerdekaan Indonesia. Salah satu fatwa yang paling terkenal adalah Resolusi Jihad. Banyak yang belum tahu mengenai peristiwa 10 November yang lebih terkenal dengan sebutan hari pahlawan. Di balik keberhasilan dan kemenangan dalam melawan penjajah ada jasa KH. Hasyim Asy’ari untuk mempertahankan wilayah NKRI. Berdasarkan uraian ini, menunjukkan prestasi beliau dari segi kenegaraan karena sikap nasionalis beliau yang sangat tinggi bagi kemerdekaan Indonesia.
Sikap beliau yang tawadhu menjadikan diri beliau keramat di mata masyarakan seperti para kyai besar di Indonesia. Telah disinggung diatas, beliau ahli dengan penguasaan ilmu dibidang hadits. Mbah Hasyim merupakan penerima sanad terakhir yang diterima pelajar Indonesia dari garis Syaikh Mahfudz Termas. Ini membuat banyak kyai di Indonesia ketika Ramadhan datang ke Tebuireng untuk ngaji bersama beliau, seperti Syaikhona Kholil Bangkalan, KH. Abdul Karim-Lirboyo, KH. Romli Tamim-Pterongan, dll. Hingga saat ini pun, Pondok Pesantren Tebuireng ketika Ramadhan datang selalu mengadakan pengajian Hadits Shohihaini( Bukhori dan Muslim).
Beliau seorang ulama besar tetapi sikap beliau menunjukkan sikap yang benar-benar islami, bukan sikap kearab-araban. Disini perlu dijelaskan bahwa islam dengan budaya arab perbedaannya sangat tipis. Kita harus bisa memilah mana yang merupakan budaya dan mana yang merupakan syariat. Mbah Hasyim mampu mengamalkan dengan menyeleksi antara budaya dan syariat karena luasnya ilmu beliau. Semangat belajar yang menggelora seharusnya mampu di contoh oleh generasi bangsa saat ini. Yang tak kalah pentingnya, sikap tawadhu dan ikhlas dalam mengayomi masyarakat menjadkan permata berlian sendiri bagi salah satu Pemikir Hebat dari Jombang ini. Baca 7 Tokoh Pemikir Hebat dari Jombang.

No comments

Powered by Blogger.