Peradaban Pesantren (pernah) Menguasai Dunia

http://faizainurrazi.blogspot.com/
Terciptanya suatu peradaban tidak semudah membalikkan telapak tangan. Disana dibutuhkan berbagai komponen untuk saling melengkapi dan berhubungan. Komponen atau unsur yang ada di dalamnya tidak dapat saling dipisahkan maupun berdiri sendiri. Segala sesuatu butuh proses. Tidak ada di dunia ini untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi hanya dengan keinstanan semata.
Unsur pokok untuk menghasilkan peradaban yaitu perlu adanya sinergi antara tempat, manusia, dan waktu. Segalanya dapat dikatakan sebagai peradaban, jelas harus memiliki bukti. Bukti tersebut adalah dengan adanya tempat sebagai tempat berlangsungnya perdaban dengan berbagai macam sumber daya yang ada di dalamnya. Di dalam tempat tersebut harus terdapat manusia sebagai pelaku utama proses pembentukan peradaban. Keberhasilan tejadinya peradaban bergantung pada kualitas hidup manusia di dalamnya. Semakin maju dan kualitas ilmu yang baik dapat menunjang keberhasilan itu lebih maksimal. Dan sesuai yang telah dikatakan di atas tadi, bahwa suatu produk yang baik tidak dapat tercipta hanya dengan waktu sekejap. Panjangnya waktu akan menjadi pelengkap berbagai unsur terciptanya perdaban.
Dalam islam, kita pernah mengenal sejarah bahwa peradaban islam pernah menguasai dunia dan menjadi tempat rujukan berbagai negara yaitu pada zaman Dinasti Abbasiyah. Pada masa itu, islam berkembang sangat pesat sehingga memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Keberhasilan tersebut tidak lain  karena sumber daya manusia yang ada pada masa itu memiliki daya intelektualitas tinggi. Berbagai disiplin ilmu dapat kita temukan mulai dari ilmu agama, meliputi ilmu Al-quran, Al-Hadist, Fiqh, Tasawuf, tata bahasa (nahwu-shorof) dan lain-lain hingga ilmu umum berupa ilmu astronomi, matematika, kedokteran kimia dan lain-lain. Sehingga penguasaan ilmu sangatlah kompleks. Uniknya, pada waktu itu tidak ada perbedaan antara ilmu agama maupun umum. Semuanya berbaur dan berpadu dengan baik. Banyak ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama saja, tetapi juga ilmu umum, misalnya saja ar-Razi dan ibnu Sina. Beliau tidak hanya menonjol dalam bidang saintek saja, namu beliau juga pakar tafsir, teologi dan filsafat.
Namun kemegahan ilmu pengetahuan itu musnah ketika orang-orang kafir merampas segala kitab para ilmuwan tersebut yang disimpan dalam perpustakaan. Kemudian dibuang dan ada juga yang dibawa para perampas itu ke negara asalnya (Eropa). Sejak saat itu, islam mulai meredup karena sumber literasi untuk rujukan tidak ada lagi. Untungnya ada salah satu tempat yang terbebas dari peristiwa itu, yaitu Mesir. Sebagai pusat keilmuan, Mesir hingga saat ini mampu menunjukkan kekokohan peradaban keilmuwan disana. Terbukti masih ada tempat yang dituju orang dari berbagai negara untuk memperoleh ilmu agama. Tempat tersebut adalah Al-Azhar. Bahkan para santri (pelajar) dari Indonesia banyak menuntut ilmu di sana.
Ini membuktikan bahwa pendidikan salaf pada zaman dahulu mampu menciptakan peradaban islam yang mempesona. Berbagai ulama salaf seperti Imam Syafi’i, Imam Bukhori, Imam Ghozali, Ar-Razi, Ibnu Sina dapat kita pelajari pemkirannya dalam pendidikan salaf.  Pendidikan salaf pada saat ini sering kita sebut sebagai pesantren. Dapat kita analogikan, pesantren mampu menunjukkan pengaruhnya pada peradaban dunia. Seandainya perang dunia tidak pernah ada, maka pesantren Tebuireng, Tambak Beras, Denanyar, Darul Ulum, Lirboyo, Ploso, dll lebih tinggi grade atau posisinya dari pada Universitas Harvard, Oxford, Stanford, dll bahkan universitas-universitas tersebut tidak ada.
Maka dari itu, banggalah bagi kita semua sebagai warga NU yang basis pendidikannya terpusat pada pondok pesantren. Dengan melalui pesantren pula, pada 10 November 1945 civitas pesantren bergerak untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Jadi, tanpa pesantren Indonesia belum tentu mampu membangun peradaban.

No comments

Powered by Blogger.